Umat
muslim di seluruh penjuru dunia saat ini sedang menjalani ibadah puasa di Bulan
Ramadan.
Suasana Puasa
Ramadan tahun 2020 ini berbeda dengan suasana
tahun-tahun sebelumnya. Adanya pendemi COVID-19 menyebabkan semarak
beribadah berbeda. Jika biasanya masjid menjadi sentra ibadah di Bulan
Ramadan tetapi untuk tahun ini umat islam harus mengalihkan pusat ibadah mereka
di rumah. Hal ini merujuk dari anjuran
pemerintah untuk melakukan physical distancing guna memutus mata rantai
persebaran virus yang berasal dari Wuhan
ini.
Jika melihat durasi
waktu berpuasa di
tiap-tiap
daerah atau negara ternyata berbeda-beda. Ada beberapa
wilayah di dunia yang puasanya hanya 11 jam namun juga ada negara yang harus
menjalani puasa hingga 20 jam lamanya. Dilansir dari www.suara.com, pada
Ramadan Tahun 1441 H/ 2020 Masehi
kali ini puasa paling singkat dialami di wilayah Santiago (Chili), Canberra
(Australia), Cape Town (Afrika Selatan), Wellington (New Zealand) dan Buenos
Aires (Argentina). Di negara-negara tersebut durasi waktu berpuasa selama 11
jam 5 menit. Tak jauh berbeda dengan negara-negara itu, Jakarta, Indonesia juga
memiliki durasi puasa yang terbilang singkat yakni selama 13 jam. Kondisi
serupa juga dialami Brasilia (Brasil), Nairobi (Kenya), dan Luanda (Angola).
Adapun
negara tetangga Indonesia, yakni Kuala Lumpur, Malaysia dan Singapura menjalani
puasa selama 13 jam 5 menit sehari. Negara-negara di Timur Tengah seperti
Riyadh (Saudi Arabia), Doha (Qatar), Dubai (Uni Emirat Arab) dan menjalani
puasa selama 15 jam. Sementara itu, negara-negara yang mengalami durasi puasa
paling lama di dunia adalah Nuuk (Greenland), Oslo (Norwegia), dan Helsinki
(Finlandia) dengan durasi puasa selama 20 jam.
Mengapa
hal tersebut terjadi? Hal ini disebabkan waktu
berpuasa dimulai dari
terbit fajar (waktu shubuh) sampai dengan terbenam matahari (waktu maghrib).
Sementara waktu terbit dan terbenamnya matahari tiap-tiap negara berbeda-beda.
Ada negara yang hanya membutuhkan waktu 11 jam dari waktu matahari
terbit sampai terbenam, sementara ada negara yang membutuhkan waktu sampai 20
jam. Perbedaan waktu terbit dan terbenamnya matahari tiap-tiap negara ini bisa
dipelajari dari ilmu alam terutama Fisika.
Alasan
yang menyebabkan hal tersebut terjadi adalah
akibat pergerakan bumi mengitari
matahari atau yang sering disebut revolusi bumi.
Bumi
dalam berputar mengitari matahari di garis orbitnya tidak tegak lurus melainkan
miring dengan sudut kemiringan 23,5o. Adanya kemiringan ini
menyebabkan adanya gerak semu tahunan matahari. Dimana matahari seolah-olah bergerak
dari khatulistiwa menuju 23,5o garis lintang utara dan 23,5o
garis lintang selatan. Gerak semu tahunan matahari menyebabkan perubahan musim
utamanya di belahan bumi utara dan selatan. Di belahan bumi utara dan selatan
mengenal adanya empat musim yaitu musim panas, dingin, semi, dan gugur. Pergantian
musim tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:
Selang
waktu terbit dan terbenam matahari untuk negara-negara beriklim sedang akan relatif lebih lama
saat musim semi dan panas. Sebaliknya pada saat musim dingin dan gugur relatif
lebih singkat. Puasa Ramadan tahun 2020 ini jatuh pada bulan April dan Mei dimana matahari berada
pada posisi 0o-23,5o L. Hal ini menyebabkan waktu siang
di belahan bumi utara lebih lama dibanding dengan waktu siang belahan bumi selatan
sehingga negara-negara di belahan bumi utara waktu
puasanya lebih lama jika dibandingkan dengan negara-negara belahan bumi selatan. Demikian
bukti kebesaran penciptaan Allah bagi orang-orang yang
mau berpikir. Semoga
kita senantiasa menjadi golongan orang-orang yang pandai bersyukur. Selamat
menjalankan ibadah puasa.
Penulis:
Dwi Ebtanto
0 komentar:
Posting Komentar