Sejak
menjabatnya Nadiem Makarim sebagai Menteri pendidikan dan Kebudayaan di era
Kabinet Kerja Jilid II tagline “Merdeka Belajar” menghiasi berita
di media massa. Di awal-awal beliau menjabat, Mas Menteri telah memproklamirkan
program tersebut. Ada beberapa poin yang menjadi penekanan dan perhatian dalam
merdeka belajar tersebut, diantaranya adalah guru diberi kebebasan dalam menyusun
perencanaan pembelajaran. Kalau selama ini membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) harus lengkap sesuai aturan yang kaku, untuk sekarang guru
justru diberi keleluasaan untuk menyusun RPP yang praktis dan luwes bahkan satu
lembar saja cukup. Merdeka belajar juga dimaknai membuat suasana belajar
menjadi nyaman, dan menyenangkan, serta mengajak siswa untuk bernalar. Hal ini
penting karena suasana belajar yang menyenangkan akan membuat siswa antusias
dan mudah untuk menerima konsep materi yang diajarkan.
Guru
sebagai ujung tombak pendidikan dituntut untuk segera tanggap dengan dinamika
yang ada di lapangan. Termasuk konsep “Merdeka Belajar” yang diusung
oleh Menteri Pendidikan dan kebudayaan tersebut. Lantas bagaimana kita memaknai
merdeka belajar dengan aksi nyata? Tentunya sebagai seorang kreator
pembelajaran guru harus membuat skenario pembelajaran yang menuntut siswa
aktif. Hal ini bisa dilakukan dengan metode diskusi, eksperimen, proyek, dan
lain-lain.
Dwi
Ebtanto, seorang guru IPA di SMP Negeri 2 Satu Atap Jambon mencoba menerapkan
konsep Merdeka Belajar melalui kegiatan eksperimen. Karakteristik IPA yang di
dalamnya ada proses, produk, dan sikap memudahkan merancang pembelajaran yang
menuntut siswa aktif. Dengan melakukan pengamatan, menuliskan data percobaan,
berdiskusi dengan teman satu kelompok, serta membuat kesimpulan telah membuat
suasana kelas menjadi hidup. Selain itu siswa diberi pengalaman nyata untuk
mendapatkan konsep yang mereka pelajari. Salah satu materi yang diajarkan
menggunakan metode eksperimen ini adalah sistem pernapasan manusia. Dengan
menggunakan bahan botol bekas dan bak air siswa diajak untuk mengukur volume
udara pernapasan. Dalam proses pembelajarannya siswa begitu antusias dan
memiliki rasa ingin tahu yang tinggi saat melaksanakan pembelajaran. Metode ini
ternyata mampu membuat pembelajaran tidak membosankan apalagi saat mengajar di
jam-jam terakhir. Siswa senang Guru
bahagia. Semoga merdeka belajar benar-benar terwujud. Aamiin.